Rabu, 09 Januari 2008

NARUTO


Hari-hari ini kedua keponakan saya berumur 5 dan 6 tahun tengah dilanda ‘demam’ Naruto, sebuah serial film kartun yang tayang dua kali sehari–pagi dan petang–di stasiun Global TV. Kedua ‘begundal’ cilik itu mampu bertahan selama 1 jam memelototi gambar-gambar kartun produk Jepang tersebut. Pesona kisah petualangan ninja cilik berambut jabrik itu telah memesona bukan saja kedua keponakan saya namun banyak bocah Indonesia lainnya.

Terbukti ketika pekan lalu saya bertemu dengan seorang teman di sebuah mal. Teman saya itu bersama istri dan kedua anak mereka, 11 dan 6 tahun. Si kecil memegang komik Naruto di tangannya, sedangkan yang besar sewaktu saya tanya apakah sudah baca Harry Potter ke-7, menjawab, “Ah…aku lagi suka sama Naruto, Tante.” Halaaah….Demam Naruto di mana-mana. Tiada hari tanpa (menonton) Naruto.

Naruto adalah anime yang diangkat dari manga karya Masashi Kishimoto yang terbit pertama kali pada 1999 di majalah Shonen Jump’s. Naruto adalah nama tokoh utamanya, seorang ninja remaja yang heboh dan ambisius dalam upayanya memperoleh gelar Hokage, ninja terkuat, di desanya. Serial Naruto ini diputar perdana pada 3 Oktober 2002 oleh Animax, jaringan televisi satelit khusus anime.

Anime itu sebutan untuk film kartun/animasi Jepang; sedangkan manga untuk menyebut komiknya. Menurut beberapa situs manga di internet, kata manga pertama kali dipakai oleh seorang seniman bernama Hokusai Katsushika (1760-1849). Kata manga itu sendiri berasal dari bahasa Cina yang berarti gambar manusia yang bercerita. Awalnya, manga adalah hasil gabungan dari ukiyo-e dan gaya lukisan Barat dalam media warna hitam putih.

Kemunculannya pertama kali di Jepang dalam bentuk komik berjudul Kibyoushi (abad ke-18). Perkembangan selanjutnya hingga mendunia seperti sekarang tak bisa dilepaskan dari nama Osamu Tezuka yang kondang sebagai “God of Manga”. Karya kartunnya yang paling terkenal adalah Tetsuwan Atom.

Sementara itu, sejarah anime sedikit lebih muda daripada manga. Kata “anime” dicomot dari bahasa Inggris, animation. Lidah orang Jepang melafalkannya menjadi “animeshon”. Selanjutnya, orang-orang lebih suka menyingkatnya dengan anime saja.

Adalah Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, serta Kitayama Seitaro sebagai pelopornya. Sekitar 95 tahun silam mereka bertiga melakukan percobaan pertama membuat animasi. Empat tahun kemudian, Oten Shimokawa berhasil membuat film anime bisu berdurasi 5 menit berjudul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki. Meskipun hanya 5 menit, Oten menghabiskan waktu setengah tahun untuk melahirkannya.

Setelah sepuluh tahun sejak film anime bisu pertama tersebut, akhirnya Jepang menghasilkan sebuah anime dengan ilustrasi musik, Kujira (1927) karya Noburo Ofuji, menyusul Amerika Serikat yang telah memulainya terlebih dahulu dalam tahun yang sama. Namun, film anime yang sungguh-sungguh “berbicara” baru dibuat pada 1930, masih karya Ofuji bertitel Kuro Nyago dengan masa putar 90 detik.

Anime yang dikenal di Indonesia sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan anime tempo doeloe itu, baik dari segi warna, teknik pembuatan, maupun ceritanya. Umumnya anime-anime tersebut mengusung kisah kepahlawanan; kebaikan melawan kejahatan. Secara umum, tampilan animasi Negeri Matahari Terbit ini dapat dibedakan dari animasi Barat (Hollywood) lewat gambar karakter-karakter tokohnya. Yang paling khas adalah model rambut, kostum, serta bentuk matanya yang besar-besar; sangat berkebalikan dengan orang Jepang yang bermata sipit. Belakangan, sesuai perkembangan zaman, muncul pula anime-anime robot yang sangat futuristik.

Mula pertama anime masuk ke Indonesia adalah melalui film serial anak-anak di TVRI era tujuh puluhan: Wanpaku Omukashi Kum-kum. Seterusnya, diikuti oleh serial Voltus, Ikkyu-san, dan Candy-Candy (1980-an), serta Doraemon, Dragon Ball, dan Sinchan pada era berikutnya (1990-an).

Lambat-laun, dengan maraknya stasiun televisi swasta tanah air, banjir anime tak terbendung lagi. Dominasi kartun-kartun Jepang–di antaranya diproduksi oleh Studio Gibli yang dibangun oleh animator masyhur Hayao Miyazaki–itu menggeser popularitas animasi Hollywood produk “pabrik kartun” Disney dan Hanna-Barbera , seperti Tom and Jerry, Popeye The Sailorman, Mickey Mouse, Donald Bebek, dan lain-lain yang pernah berjaya dan menjadi idola anak-anak di seluruh dunia selama bertahun-tahun.

Demikian pula halnya terjadi di dunia komik. Toko buku-toko buku kita diserbu ratusan judul manga. Mereka, komik-komik Jepun ini, menempati rak-rak khusus di toko buku-toko buku tersebut. Dari hasil pengamatan saya, “los” khusus manga tak pernah sepi pengunjung, biasanya anak-anak dan remaja; sambil berdiri atau menggelesot cuek di lantai, larut bersama lembar-lembar komik itu.

Ya, apa boleh buat. Kini memang zamannya manga dan anime. Agaknya kita harus mengucapkan: Selamat datang, Naruto! Selamat tinggal, Donald Bebek!***


endah sulwesi 10/1

Tidak ada komentar: